JENIS-JENIS PUPUK DAN
CARA APLIKASINYA
Pupuk didefinisikan sebagai
material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk
melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah kotoran
hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian
berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada
tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu
diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta
manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk
yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang
dikandungnya.
Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
1. A. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi
dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan
(dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk
kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal
dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara
yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai
dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk
buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai
bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut
jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua
yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang
dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer,
misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk
yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih
praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara
dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk
majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor.
Menurut cara aplikasinya,
pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun
diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah
Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat
akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan
Dolomit.
Menurut cara melepaskan
unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast release
dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke
tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis,
bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh
air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release atau
yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release)
akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali
aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release.
Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow
release dilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis
berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip
dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea
dan sulfur coated urea. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan
cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas
secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern
Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk
tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.
B. Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman
dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh
pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium
juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada
tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang
tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk
nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%.
Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+)
karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2.
umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga
pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
1.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat
pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar
tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan
daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya
harus lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat
disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan
nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk
kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok
untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah
ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih
disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk
butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber
kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah
bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46%
nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat
higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap
dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam
bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat.
Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan
bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya
tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP)
memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0
atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal
tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna
cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air.
Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan
tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O
dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh
negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan
tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal
dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa
tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat
digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan
unsur Cl, seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3
Mengandung 13% N dan 44% K2O.
berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi
yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih
kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah
sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan
kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya
akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk
meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk.
Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat
lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna
kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar
larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga
bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan
berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam
sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan
mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir
tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di
daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH
tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai
dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat
tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam
berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar,
kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk
mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk
menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2,
karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning
effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk
mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian melaporkan
bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai
membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara
mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk
organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro
yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung
dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang
banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau
amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis
ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat.
Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang
dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat
adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh
kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk majemuk
yang beredar di pasaran. Pupuk slow release dan pupuk daun biasanya
dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk
saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia
di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih
karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima
memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga
tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi
asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca
dan Mg.
Variasi analisis pupuk
mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat
kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis
pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur
hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini
antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal
peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif,
seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk
perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi,
kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara
mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20
memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi
sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu,
variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang
menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang
dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah
daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman
sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas,
stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan.
Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air
yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya
unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan
daun.
Sebenarnya, kandungan unsur
hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk.
Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur
mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan
beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja,
faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama.
Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh
pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk
dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa
menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi
sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya
telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk
daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun
pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam
pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan
pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang
harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat
diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering
dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi
konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun
idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat
membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena
paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam
penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena
hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan
menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi
larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar.
Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14
dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang
terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam
pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang
diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap
digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini
beberapa manfaat dari pupuk organik.
·
Mampu
menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih
kecil.
·
Memperbaiki
granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas
aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air.
·
Mengandung
asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
·
Penambahan
pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
·
Pada
tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
·
Penggunaan
pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Jenis pupuk organik yang
banyak dikenal sebagai berikut
Pupuk kandang adalah pupuk
organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat
tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk
kandang.
Pupuk kandang dari ayam
atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain.
Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya.
Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran
padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses
penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh
C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang,
dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang
yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk
dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai
lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang
yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna
cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat.
Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak
terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
Kompos adalah kasil
pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme
pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah
karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi,
berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos
dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan
C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara
12-15.
Bahan kompos seperti sekam,
jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100.
daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan
menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna,
tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur
hara. Karena itu disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos
yang belum terurai sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam
kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan
cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
-
Nitrogen 0,1 – 0,6%
-
Fosfor 0,1 – 0,4%
-
Kalium 0,8 – 1,5%
-
Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik
adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya
sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih
berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk
menyediakan unsur hara.
Kemajuan ilmu mikrobiologi
tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan mengemasnya
sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke
tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur
yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces,
Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam,
cara penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label
atau brosur dengan seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan
waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah
tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan
pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba
sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang
digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena
pestisida akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan
pestisida terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
C. Cara Aplikasi
1. Cara Aplikasi Pupuk Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil
disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan
tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua
sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di
sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak
mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan tidak
perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada salah
satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang.
Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum
mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan
pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas
disarankan untuk menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan
sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah,
seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi
unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak
disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan
ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan
harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji.
Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow
release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke
dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan
alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan
tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan
samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat
diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk
tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air
dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini dilakukan
untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini
telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI),
lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat
cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.
Pada pertanian intensif
pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas dapat
dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.
2. Cara Aplikasi Pupuk Organik
Tanah berpasir, bekas
pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada
musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum
digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan
dengan pengolahan tanah. Kedua perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik
tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk
organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun,
sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau
konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan
dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini
diantaranya dipasarkan dengan merk dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.
-
penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti
pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan
tanah yang lebih dalam.
-
Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari pada
dosis banyak yang diberikan sekaligus.
-
Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya
ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.
-
Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal
adalah 1:1. sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal
adalah 1:3.
-
Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N
masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan
penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari
dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk
organik berlangsung
0 komentar:
Posting Komentar